Rabu, 11 Januari 2012

Psikologi Islam


Prinsip-prinsip perkembangan anak dalam Islam

Anak adalah anugrah  terindah
Anak adalah amanah Allah
Anak adalah fitnah bagi para orang tua.
Sebagai orang tua, sebagai calon guru, kita ingin memberikan pendidikan dan menjadi fasilitator terbaik dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Kadang-kala begitu inginnya kita memenuhi kewajiban tersebut, kita melupakan kesiapan, minat, situasi dari anak-anak itu sendiri.

I. Prinsip Pertama :
“Kematangan dan Proses Belajar Sebagai Dasar Perkembangan”
Sekeras apapun seseorang mengajarkan bayi berbicara atau berjalan diusia 4 bulan, ia hanya akan menemui kegagalan. Karena pada usia tersebut, bayi belum mempunyai kematangan untuk berbicara atau berjalan.  Secara biologis,  ada perubahan pada otak dan sistim syaraf yang akan memberikan perintah pada aspek konitif dan fisik sang anak. Jika perubahan ini telah maksimal, maka sang bayi baru bisa melakukan kegiatan tersebut. Kita memang punya kemampuan untuk merangsang kerja otak dan sistim syaraf agar proses perubahan makin cepat. Tentunya bayi inipun (dengan bantuan rangsangan) akan mencapai perkembangan yang lebih capat dari yang seharusnya.
Disarankan
* Tidak berfikiran untuk “menciptakan bayi ajaib”
* Tidak baik juga, kita “membiarkan” bayi-bayi tumbuh dengan sendirinya
* Sebanyak mungkin memberikan berbagai rangsangan dan stimulan untuk membantu perkembangan anak.
II.Prinsip Kedua
Proses Perkembangan merupakan perubahan dari Konkret dan Sederhana menuju Kompleksitas
Pemahaman anak mengenai dunianya berlangsung secara bertahap. Sebagai contoh, Jika kita bertanya “Apa kesamaan apel dan jeruk?”  Anak usia 2 tahunan akan menjawab apel berwarna merah, jeruk berwarna kuning. Anak tersebut tidak melihat persamaannya, karena kata tersebut masih sulit ia mengerti, yang terlihat adalah perbedaan baginya. Untuk anak usia 3 -5 tahun jawabannya bisa jadi, sama-sama bisa dimakan. Sedang anak usia diatas 5 tahun, lebih dapat mendiskripsikan dengan menjawab, apel dan jeruk, sama-sama buah-buahan.
Sebaiknya :
Untuk hal yang bersifat abstrak, misalnya nilai-nilai religius, anak-anak diajarkan sesuai kemampuannya menganalisa masalah
III. Prinsip ketiga
Tumbuh Kembang merupakan proses berkelanjutan
Seiring dengan perkembangannya, anak akan menambah atau menyempurnakan ketrampilan yang telah dikuasai sebelumnya.  Ketrampilan tsb menjadi dasar perkembangan selanjutnya. Sebagian anak mengikuti pola perkembangan yang sama. Contohnya, dalam perkembangan motorik, seorang anak harus belajar mengangkat kepalanya sebelum ia mampu menoleh. Seorang anak harus mampu mengangkat tangannya lebih dahulu sebelum ia mampu meraih sebuah benda dsbnya.
Sebaiknya :
Selalu memberikan perhatian pada setiap tahap perkembangan anak. Ketrampilan yang ia kuasai sekarang akan jadi landasan ketrampilannya berikutnya. Tidak ada satupun ketrampilan yang tidak penting dan dapat diabaikan.
IV Prinsip keempat
Dari ketrampilan umum ke khusus
Salah satu prinsip ini adalah perkembangan motorik anak. Gerakan fisik anak awalnya sangat umum, tidak terarah, terkendalikan secara refleks, dimulai dari motorik kasar berkembang ke motorik halus. Dalam memegang benda, anak akan memulai dengan mengambil barang-barang besar dan mengakhiri proses ini dengan “menjumput” sebutir nasi.
Sebaiknya:
Anda tidak memberikan tuntutan berlebih kepada anak. Anak-anak harus melewati banyak proses sebelum akhirnya bisa melakuka apa yang kita kerjakan. Misalnya makan sendiri dengan tertib.
V. Prinsip kelima :
“Perbedaan Individual pada Proses Tumbuh Kembang Setiap Anak”

Meskipun pola perkembangan dan tahap-tahapnya relatif sama pada setiap anak, ternyata setiap anak memiliki jadwal sendiri untuk menguasai ketrampilan tertentu.
Sebaiknya :
Anak-anak tidak saling dibandingkan. Ketidak seragaman mereka akan membuat orang tua merasa kecewa dan membuat frustasi, baik untuk orang tuanya maupun pada anak itu sendiri. Tabel perkembangan anak, hanya digunakan sebagai acuan bukan sebagai target.

VI Prinsip Keenam
Ajak anak untuk berpartisipasi aktif dalam proses perkembangan dan belajar”
Proses belajar melibatkan penyusunan pengetahuan pada diri anak, bukan trasfer informasi dari orangtua. Anak akan membangun pemahamannya melalui ekplorasi, interaksi dengan lingkugannya dan meniru model.
Sebaiknya :
Anda tidak mengkhawatirkan bahwa semua stimulasi dan rangsangan anak harus direncanakan. Anak akan belajar sendiri dari lingkungannya. Sebagai orang tua, kita hanya punya kewajiban menemani dan mengarahkan. Anda akan mengalami masa belajar yang menyenangkan bersama buah hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar